PKI Dihidupkan Oleh Agen Kapitalisme Agama

Foto PKI daerah Batavia. Sumber: Wikipedia
Isu-isu politik adalah sasaran empuk bagi para pembenci pemerintahan yang sah. Isu tersebut ada kalanya isu kontemporer, atau isu lama yang dihidupkan kembali dengan bentuk yang baru. Tujuannya tidak lain adalah untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah dan menggantinya dengan pemerintah versi pembuat isu. Diantara isu lama yang dihidupkan kembali adalah isu komunisme dalam Partai Komunis Indonesia (PKI). PKI, yang menjadi kambing hitam dalam peristiwa 30 September 1965, dijadikan alat untuk menggemboskan pemerintahan yang sah sebagaimana hal ini digunakan pada masa lalu. Seorang ustadz ternama, Alfian Tanjung, terjerat hukum dengan kasus PKI ini. Begitu juga dengan Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Arief Poyuono.

Seorang ustadz seharusnya memberikan pencerahan dan teladan yang baik. Namun, Alfian Tanjung malah banyak menuduh beberapa orang terlibat PKI karena alasan tidak suka. Tuduhan ustadz tersebut tidak berdasar dan tidak bisa dibuktikan, yang membuatnya harus masuk penjara. Beberapa tokoh istana disebut sebagai PKI, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) juga disebut PKI. Apakah karena pemerintahan yang sah dan PDIP yang menang pemilihan umum disebut PKI?Atas dasar apa penyebutan itu? Apakah karena tingkah laku dan ceramah ustadz tersebut yang provokatif dan meresahkan warga, kemudian ditangkap oleh pemerintah dan kemudian ia menuduh yang menangkapnya adalah PKI? Ironisnya, ceramah fitnah ini disampaikan di Masjid Mujahidin, Surabaya. Padahal fungsi masjid adalah untuk beribadah, tempat amaliah yang baik dan terpuji.

Beberapa stiker, poster, logo dan lainnya juga banyak didistribusikan secara luas oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Tuduhan dan fitnah PKI ini pada masa lalu seperti tuduhan Mu'tazilah, Syi'ah dan lainnya yang digaungkan oleh musuh-musuh ulama. Mereka berharap mendapatkan banyak keuntungan dari tuduhan dan fitnah tersebut, walaupun menggunakan cara-cara yang dilarang oleh agama. Perlu diketahui bahwa kampanye anti komunisme, fasisme dan sosialisme adalah propaganda kapitalisme global, yang disebarkan dengan berbagai cara. Cara yang paling ampuh adalah melalui isu agama, dimana komunisme selalu dibenturkan dengan agama. Ketika agama sibuk dengan urusan komunisme dan lupa untuk mengatur aset serta kedaulatan negara, maka kapitalisme akan masuk dan menguasai aset dan kekayaan negara. Maka, para ustadz yang sering melontarkan isu komunisme bisa jadi salah satu agen kapitalisme atas nama agama, kemudian menghalalkan segala cara untuk meraih tujuannya. Na'udzu bi Allah min dzalik.

Comments