Judul :
Tafsīr al Qurān Suci Basa Jawi
Pengarang : Prof. KH. Raden Mohammad Adnan
Penerbit : PT. Al Ma’arif Bandung
A.
Sekilas Pengarang
Prof. KH. Mohammad Adnan adalah sosok yang tidak dapat
dilepaskan dari sejarah PTAIN di Indonesia. Beliau adalah mantan rektor PTAIN
(sekarang UIN) Sunan Kalijaga periode “rintisan”. Jasa beliau sangat besar
dalam menelurkan guru-guru besar yang tersebar di seantoro Indonesia khususnya
yang mendalami ilmu agama di PTAIN atau IAIN. Sehingga dengan ke-istiqanah-an
beliau dalam berkhidmah dalam dunia Islamic Studies ia dianugerahi gelar
profesor atau guru besar dalam ilmu-ilmu agama islam dari Departemen Agama RI
di PTAIN Al-jami’ah (sekarang UIN Sunan Kalijaga) Yogyakarta.
B.
Selayang Pandang
Tafsīr al Qur’ān Suci Basa Jawi
Pada dasarnya kitab ini tidak memiliki latar belakang
khusus dalam kemunculannya karena sebagaimana pengakuan penulis sendiri dalam “bebuka”
(Arab: muqaddimah) kitab ini merupakan kumpulan dari tulisan-tulisan
beliau di sela-sela kesibukan mengajar dan bahan-bahan ceramah. Karena penulis
menyadari betapa pentingnya konsumsi masyarakat terhadap sumber ajaran islam
pokok (al Qur’ān) sehingga harus diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa agar dapat
dipahami oleh masyarakat sekitarnya.
Pemilihan bahasa jawa sebagai pengantar tafsirnya kiranya
logis karena beliau hidup di tengah-tengah masyarakat muslim jawa ditambah lagi
beliau merupakan penerus keluarga berdarah “biru” dari Kasultanan Surakarta. Di
sisi lain faktor yang mendukung penulis untuk menulis dalam bahasa jawa adalah
jabatan beliau sebagai orang yang tertinggi dalam institusi PTAIN tertua di
Indonesia yang mengambil nama Sunan Kalijaga. Tentunya peran Sunan Kalijaga dalam
menggunakan tradisi lokal sebagai metode dakwah islamiyah menginsprasi penulis untuk
menulis tafsirnya dalam bahasa jawa.
Tidak jauh beda dengan ulama-ulama klasik, penulis
memiliki pandangan bahwa setidaknya al Qur’ān mencakup beberapa hal berikut:
1. Ilmu ‘Ubudiyah dan ma’rifat
2. Ilmu falsafah
3. Ilmu sejarah (qas}as})
4. Sains dan Tekhnologi
5. Ilmu pendidikan dan sosial
6. Isyarat-isyarat umum untuk menjadi sosok yang sukses
dunia akhirat
Meski tidak semuanya benar penulis cenderung tertarik
dengan gaya pemikiran sufi. Dalam muqaddimahnya ia menuturkan suka dengan
pemikiran Syaikh Abu> Bakr Ibn ‘Arabi> dalam kitabnya Qa>nu>n al-Ta’wi>l dan pemikiran Imam
Sahl al-Tustari> dalam kitabnya Tafsi>r al-Tustari>.
Metode penafsiran yang digunakan dalam kitab ini adalah menerjemahkan
dengan terjemahan yang bebas sehingga kitab ini tidak layaknya kitab-kitab tafsir
yang lain yang di dalamnya terdapat penjelasan yang beragam dan lengkap. Penulis
tidak memilih terjemah kata-perkata denga alasan sulit dipahami dalam membaca
keseluruhan ayat sehingga untuk meligitimasi terjemahan beliau yang bebas,
beliau menjelaskan dalam muqaddimah tentang peredaan ulama dalam boleh dan
tidaknya menyadur (kandungan) al Qur’ān secara bebas.
Pada intinya, penulis cenderung memilih pendapat yang
memperbolehkan menerjemahkan al Qur’ān secara bebas tapi tetap dengan
menyertakan teks arabnya.
Sedikit keunikan dari kitab ini, pada akhir kitab ini,
penulis menyertakan beberapa do’a khusus yang diambil dari al Qur’ān lengkap
dengan artinya juga do’a-do’a yang dibaca ketika mengkhatamkan al Qur’ān. Lebih
dari itu penulis juga mencantumkan hadits-hadiits yang muttas}īl sampai kepada
Rasulullah saw yang menjelaska seputar keutamaan membaca, menghapal dan
mengamalkan al Qur’ān.
C.
Contoh Penafsiran
Surah al-Kaus\ar:
0.
Awet ingkang asma Allah
ingkang Maha Murah tur Maha Asih.
1.
Sayekti ingsun wus
aparing kabecikan kaliwat akeh marang sira;
2.
Mulane shalata
marang pangeran sira sarta nyembeliha kurban;
3.
Sayekti musuh ira (wong
kang sengit) iku wong pedot becike.
Comments
Post a Comment